Materi Pendidikan Pancasila
1. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Wednesday 21 December 2016
Kepramukaan
Materi Kepramukaan
1. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka
2. Laporan Observasi di SD N Singosaren
3. Seragam Pramuka
1. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka
2. Laporan Observasi di SD N Singosaren
3. Seragam Pramuka
Teknologi Informasi dan Komunikasi
Materi Teknologi Informasi dan Komunikasi
1. Software
2. Hardware
3. Aplikasi Internet
4. Internet
5. Virus Komputer
6. Tugas 1 Tugas Microsoft Excel
7. Tugas 2 Tugas Microsoft Word
8. Tugas 3 Tugas Microsoft Powerpoint
1. Software
2. Hardware
3. Aplikasi Internet
4. Internet
5. Virus Komputer
6. Tugas 1 Tugas Microsoft Excel
7. Tugas 2 Tugas Microsoft Word
8. Tugas 3 Tugas Microsoft Powerpoint
Bahasa Indonesia
Materi Bahasa Indonesia
1. Paragraf
2. Hakekat Kata, Jenis Kata dan Diksi
3. Sistematika Karya Ilmiah
4. Wacana
5. Daftar Pustaka
6. Karya Ilmiah
7. Kutipan
1. Paragraf
2. Hakekat Kata, Jenis Kata dan Diksi
3. Sistematika Karya Ilmiah
4. Wacana
5. Daftar Pustaka
6. Karya Ilmiah
7. Kutipan
Pendidikan Agama Islam
Materi Pendidikan Agama Islam
1. Hukum Memelihara Anjing menurut Pandangan Islam
2. Peran, Fungsi dan Tujuan Diciptakan Manusia
3. Jawanisasi Islam dan Islamisasi Jawa
4. Faktor-faktor Malas Mengerjakan Sholat
5. LGBT
1. Hukum Memelihara Anjing menurut Pandangan Islam
2. Peran, Fungsi dan Tujuan Diciptakan Manusia
3. Jawanisasi Islam dan Islamisasi Jawa
4. Faktor-faktor Malas Mengerjakan Sholat
5. LGBT
Pengantar Pendidikan
Materi Pengantar Pendidikan
1. Perkiraan dan Antisipasi terhadap Masyarakat Masa Depan
2. Pendidikan sebagai Sistem
1. Perkiraan dan Antisipasi terhadap Masyarakat Masa Depan
2. Pendidikan sebagai Sistem
Taksonomi Bloom dan Strategi Pengajaran
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Perencanaan adalah pemikiran sebelum pelaksanaan sesuatu
tugas. Jadi Perencanaan Pengajaran berarti pemikiran tentang penerapan
prinsip-prinsip umum mengajar tersebut di dalam pelaksanaan tugas mengajar
dalam suatu situasi interaksi guru dan murid, baik di dalam kelas maupun di
luar kelas.
Karena dengan perencanaan itu, maka seseorang guru akan
bisa memberikan pelajaran dengan baik, karena ia dapat menghadapi situasi di
dalam kelas secara tegas, mantap dan fleksibel. Karena membuat perencanaan yang
baik, maka seorang akan tumbuh menjadi seorang guru yang baik. Seorang bisa
menjadi guru yang baik adalah berkat pertumbuhan, berkat pengalaman dan akibat
dari hasil belajar yang terus menerus, walaupun faktor bakat ikut pula berpengaruh.
Kata taksonomi
diambil dari bahasa Yunani yaitu “tassein” yang berarti untuk
mengklasifikasi dan “nomos” yang berarti aturan. Taksonomi dapat
diartikan sebagai klasifikasi berhirarki dari sesuatu, atau prinsip yang
mendasari klasifikasi. Di mana taksonomi yang lebih tinggi bersifat lebih umum
dan taksonomi yang lebih rendah bersifat lebih spesifik. Semua hal yang
bergerak, benda diam, tempat, dan kejadian, sampai pada kemampuan berfikir
dapat diklasifikasikan menurut beberapa skema taksonomi.
Kata ‘strategi’ berasal
dari bahasa Yunani “strategos” yang
berarti jenderal atau panglima, sehingga strategi diartikan sebagai ilmu
kejenderalan atau ilmu kepanglimaan. Strategi dalam pengertian kemiliteran ini
berarti cara penggunaan seluruh kekuatan militer untuk mencapai tujuan perang
Muhamad
Fuad Athman mengatakan istilah ‘strategi’ adalah berasal dari kata ‘stratego’ (perkataan greek) yang bermaksud saluran-saluran
yang ada bagi ketenteraan.
B.
Rumusan Masalah
a.
Apa Pengertian Perencanaan Pengajaran?
b.
Apasajakah faktor pendukung pada tujuan pembelajaran?
c.
Apasajakah konsep perencanaan pembelajaran?
d.
Apa Dimensi-Dimensi Perencanaan Pengajaran?
e.
Apa Manfaat dari Perencanaan Pembelajaran?
f.
Apa Pengertian Taksonomi Bloom?
g.
Apa Tujuan Pendidikan dalam Taksonomi Bloom?
h.
Apa Pengertian Strategi Pengajaran?
i.
Apa saja jenis-jenis strategi pengajaran?
j.
Apa Pengertian Strategi Pengelolaan Kelas?
k.
Apa Tujuan Pengelolaan Kelas
l.
Apa sajakah Macam-macam pendekatan dalam Pengelolaan Kelas?
C.
Tujuan
a.
Mengetahui Pengertian Perencanaan Pengajaran
b.
Mengetahui faktor pendukung pada tujuan pembelajaran
c.
Mengetahui konsep perencanaan pembelajaran
d.
Mengetahui Dimensi-Dimensi Perencanaan Pengajaran
e.
Mengetahui Manfaat dari Perencanaan Pembelajaran
f.
Mengetahui Pengertian Taksonomi Bloom
g.
Mengetahui Tujuan Pendidikan dalam Taksonomi Bloom
h.
Mengetahui Pengertian Strategi Pengajaran
i.
Mengetahui jenis-jenis strategi pengajaran
j.
Mengetahui Pengertian Strategi Pengelolaan Kelas
k.
Mengetahui Tujuan Pengelolaan Kelas
l.
Mengetahui Macam-macam pendekatan dalam Pengelolaan Kelas
II.
PEMBAHASAN
A.
Perencanaan Pengajaran
Perencanaan pengajaran berarti
pemikiran tentang penetrapan prinsip- prinsip umum mengajar didalam pelaksanaan
tugas mengajar dalam suatu interaksi pengajaran tertentu yang khusus baik yang
berlangsung di dalam kelas ataupun diluar kelas.
Perencanaan
pengajaran mempunyai beberapa faktor yang mendukung tujuan pembelajaran
tercapai misal :
a.
Persiapan sebelum mengajar
b.
Situasi ruangan dan letak
sekolah dari jangkauan kendaraan umum
c.
Tingkat intelegensi siswa
d.
Materi pelajaran yang akan
disampaikan
Konsep perencanaan
pembelajaran dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, diantaranya:
a) Perencanaan pembelajaran sebagai teknologi,
dimana perencanaan pembelajaran akan mendorong penggunaan teknik-teknik yang
dapat mengembangkan tingkah laku kognitif dan teori-teori yang konstruktif
terhadap pembelajaran
b) Perencanaan pembelajaran sebagai suatu
sistem, dimana terdapat susunan sumber-sumber dan prosedur-prosedur
untuk menggerakkan pembelajaran
c) Perencanaan pembelajaran sebagai sebuah
disiplin ilmu, di mana perencanaan pembelajaran merupakan cabang dari suatu
pengetahuan yang senantiasa menghasilkan proses yang secara sistemik
diimplementasikan
d) Perencanaan pembelajaran sebagai sebuah
proses
e) Perencanaan pembelajaran sebagai suatu
realitas.
Dimensi-dimensi
perencanaan pengajaran:
o Signifikansi
Tingkat
signifikasi tergantung pada kegunaan sosial dari tujuan pendidikan yang
diajukan
o Feasibilitas
Salah
satu factor penentu adalah otoritas political yang memadai, sebab dengan itu
feasibilitas teknik dan estimasi biaya serta aspek-aspek lain dapat dibuat
dalam pertimbangan yang realistik
o Relevansi
Perencanaan
pengajaran memungkinkan penyelesaian persoalan secara lebih spesifik pada waktu
yang tepat agar dapat dicapai tujuan secara optimal
o Kepastian atau defenitivenes
Penggunaan
teknik dan metode meminimumkan kejadian-kejadian tak terduga
o Ketelitian atau parsimoniusness
Perencanaan
pengajaran disusun dalam bentuk yang sederhana. Dalam penerapannya diperlukan
alternative dan dapat mempertimbangkan alternative mana yang terbaik
o Adaptabilitas
Perencanaan
pengajaran bersifat dinamis, sehingga perlu mencari informasi sebagai unpan
balik atau balikan. Penggunaan berbagai proses memungkinkan perencanaan
pengajaran yang fleksibel atau adaptable dapat dirancang untuk menghindari
hal-hal yang tidak diharapkan.
o Waktu
Validitas
dan reabilitas yang dipakai serta kapan untuk menilai kebutuhan pendidikan masa
kini dalam kaitannya dengan masa mendatang
o Terbaik monitoring atau pemantauan
Menjamin
agar pelaksanaannya berjalan dengan mulus, perlu dikembangkan prosedur yang
memungkinkan perencanaan pengajaran menentukan alasan-alasan mengadakan variasi
dalam perencanaan
o Isi perencanaan
Perencanaan
perlu memuat:
a)
Tujuan
b)
Program dan layanan,
bagaimana cara mengorganisasikannya
c)
Tenaga manusia, yaitu
mencakup cara-cara mengembangkan prestasi spesialisasi, prilaku, kompetensi,
maupun kepuasan lainnya
d)
Bangunan fisik, mencakup
tentang cara-cara penggunaannya
e)
Keuangan, meliputi rencana
pengeluaran dan rencana penerimaan
f)
Struktur organisasi,
maksudnya bagaimana cara mengorganisasikan dan memanajemen operasi dan
pengawasan program dan aktifitas pendidikan
g)
Konteks social atau
elemen-elemen lainnya yang perlu dipertimbangkan
Manfaat
Perencanaan Pembelajaran
1.
Sebagai petunjuk atau arah dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran
2. Sebagai
pola dasar dalam mengatus tugas dan wewenang bagi setiap unsur yang terlibat
dalam proses pembelajaran
3.
Sebagai alat ukur keefektifan kegiatan pembelajaran
4. Sebagai bahan dasar penyusunan data untuk memperoleh
keseimbangan kerja
5.
Untuk penghematan waktu, tenaga, biaya, alat, dsb
B.
Taksonomi Bloom
Taksonomi Bloom merujuk pada taksonomi yang dibuat untuk tujuan pendidikan. Taksonomi ini pertama kali disoleh Benjamin
S. Bloom
pada tahun 1956. Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi
menjadi beberapa domain (ranah, kawasan) dan setiap domain tersebut
dibagi kembali ke dalam pembagian yang lebih rinci berdasarkan hierarkinya.
Tujuan
pendidikan dibagi ke dalam tiga domain, yaitu:
a.
Cognitive Domain
(Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek
intelektual, seperti pengetahuan,
pengertian, dan keterampilan berpikir.
b.
Affective Domain
(Ranah Afektif) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan
emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara
penyesuaian diri.
c.
Psychomotor Domain
(Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan
motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang,
dan mengoperasikan mesin
Dari
setiap ranah tersebut dibagi kembali menjadi beberapa kategori dan subkategori
yang berurutan secara hirarkis (bertingkat), mulai dari tingkah laku yang
sederhana sampai tingkah laku yang paling kompleks. Tingkah laku dalam setiap
tingkat diasumsikan menyertakan juga tingkah laku dari tingkat yang lebih
rendah, seperti misalnya dalam ranah kognitif, untuk mencapai “pemahaman” yang
berada di tingkatan kedua juga diperlukan “pengetahuan” yang ada pada tingkatan
pertama.
1.
Ranah Kognitif
Pada
dasarnya Kognitif adalah kemampuan intelektual siswa dalam berpikir, menegtahui
dan memecahkan masalah. Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut aktivitas
otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Ranah kognitif berhubungan dengan
kemampuan berfikir, termasuk didalamnya kemampuan menghafal, memahami,
mengaplikasi, menganalisis, mensintesis, dan kemampuan mengevaluasi Dalam ranah
kognitif itu terdapat enam aspek atau jenjang proses berfikir, mulai dari
jenjang terendah sampai dengan jenjang yang paling tinggi.
Berikut adalah kenam jenjang ranah kognitif
:
a.
Pengetahuan (Knowledge)
Adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat kembali (recall) atau
mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, rumus-rumus, dan sebagainya,
tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunkannya. Pengetahuan atau ingatan di
sebut sebagai proses berfikir yang paling rendah.
b.
Pemahaman
(Comprehension)
Adalah kemampuan untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu
diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui tentang
sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Seseorang peserta didik
dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi
uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-katanya
sendiri.
c.
Aplikasi (Application)
Adalah kemampuan menggunakan atau menerapkan materi yang sudah dipelajari pada
situasi yang baru dan menyangkut penggunaan aturan dan prinsip. Penerapan
merupakan tingkat kemampuan berfikir yang lebih tinggi daripada
pemahaman.
d.
Analisis (Analysis)
Adalah kemampuan untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan
menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan di antara
bagian-bagian atau faktor-faktor yang satu dengan faktor-faktor lainnya.
e.
Sintesis (Synthesis)
Adalah kemampuan berfikir yang merupakan kebalikan dari proses berfikir analisis.
Sisntesis merupakan suatu proses yang memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur
secara logis, sehingga menjelma menjadi suatu pola yang yang berstruktur atau
berbentuk pola baru.
f.
Evaluasi (Evaluation)
Adalah merupakan jenjang berpikir paling tinggi dalam ranah kognitif dalam
taksonomi Bloom. Penilian/evaluasi disini merupakan kemampuan untuk membuat
pertimbangan terhadap suatu kondisi, misalnya jika seseorang dihadapkan pada
beberapa pilihan maka ia akan mampu memilih satu pilihan yang terbaik sesuai
dengan patokan-patokan atau kriteria yang ada.
2.
Ranah Afektif
Ranah
afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif
mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai.
Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya
bila seseorang telah memiliki kekuasaan kognitif tingkat tinggi. Ciri-ciri
hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah
laku.
Ranah afektif menjadi lebih rinci lagi ke
dalam lima jenjang, yaitu:
a.
Penerimaan (Receiving/Attending)
Penerimaan atau Receiving adalah
kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang datang
kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain. Termasuk
dalam jenjang ini misalnya adalah: kesadaran dan keinginan untuk menerima
stimulus, mengontrol dan menyeleksi gejala-gejala atau rangsangan yang datang
dari luar. Receiving atau attenting juga sering di beri pengertian sebagai
kemauan untuk memperhatikan suatu kegiatan atau suatu objek. Pada jenjang ini
peserta didik dibina agar mereka bersedia menerima nilai atau nilai-nilai yang
di ajarkan kepada mereka, dan mereka mau menggabungkan diri kedalam nilai itu
atau meng-identifikasikan diri dengan nilai itu.
b.
Tanggapan (Responding)
Tanggapan atau Responding mengandung
arti “adanya partisipasi aktif”. Jadi kemampuan menanggapi adalah kemampuan
yang dimiliki oleh seseorang untuk mengikut sertakan dirinya secara aktif dalam
fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya salah satu cara. Jenjang ini
lebih tinggi daripada jenjang receiving.
c.
Penghargaan (Valuing)
Menilai atau menghargai artinya memberikan nilai atau memberikan penghargaan
terhadap suatu kegiatan atau obyek. Dalam kaitan dalam proses belajar mengajar,
peserta didik disini tidak hanya mau menerima nilai yang diajarkan tetapi mereka
telah berkemampuan untuk menilai konsep atau fenomena, yaitu baik atau buruk.
Bila suatu ajaran yang telah mampu mereka nilai dan mampu untuk mengatakan “itu
adalah baik”, maka ini berarti bahwa peserta didik telah menjalani proses
penilaian.
d.
Pengorganisasian (Organization)
Mengatur atau mengorganisasikan artinya mempertemukan perbedaan nilai sehingga
terbentuk nilai baru yang universal, yang membawa pada perbaikan umum. Mengatur
atau mengorganisasikan merupakan pengembangan dari nilai kedalam satu sistem
organisasi, termasuk didalamnya hubungan satu nilai denagan nilai lain.,
pemantapan dan perioritas nilai yang telah dimilikinya
e.
Karakterisasi Berdasarkan
Nilai-nilai (Characterization by a Value or Value Complex) Ini lebih
mengacu kepada karakter dan daya hidup sesorang. Tujuan dalam kategori ini ada
hubungannya dengan keteraturan pribadi, sosial dan emosi jiwa. Yaitu
keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki oleh seseorang, yang
mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Nilai itu telah tertanam
secara konsisten pada sistemnya dan telah mempengaruhi emosinya. Pada jenjang
ini peserta didik telah memiliki sistem nilai yang mengontrol tingkah lakunya
untuk waktu yang lama, sehingga membentu karakteristik “pola hidup” tingkah
lakunya menjadi lebih konsisten, menetap dan lebih mudah diperkirakan.
3.
Ranah Psikomotor
Ranah psikomotor adalah
kemampuan yang dihasilkan oleh fungsi motorik
manusia yaitu berupa keterampilan untuk melakukan sesuatu. Keterampilan
melakukan sesuatu tersebut, meliputi keterampilan motorik, keterampilan
intelektual, dan keterampilan sosial. Rincian dalam domain ini tidak
dibuat oleh Bloom, namun dibuat oleh ahli lain tetapi tetap
berdasarkan pada domain yang dibuat Bloom. Ranah
psikomotorik ini dikembangkan oleh Simpson, dan klasifikasi ranah psikomotorik
tersebut adalah:
a.
Persepsi (Perception) Penggunaan alat indera untuk menjadi pegangan dalam
membantu gerakan. Persepsi ini
mencakup kemampuan untuk mengadakan diskriminasi yang tepat antara dua
perangsang atau lebih, berdasarkan pembedaan antara ciri-ciri fisik yang khas
pada masing-masing rangsangan. Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam suatu
reaksi yang menunjukkan kesadaran akan hadirnya ransangan (stimulasi) dan
perbedaan antara seluruh rangsangan yang ada.
b.
Kesiapan (Set) Kesiapan fisik, mental, dan emosional untuk melakukan
gerakan. Kesiapan
mencakup kemampuan untuk menempatkan dirinya dalam keadaan akan memulai suatu
gerakan atau rangakaian gerakan. Kemampuan ini dinyatakan dalam bentuk kesiapan
jasmani dan rohani.
c.
Guided Response (Respon
Terpimpin) Tahap awal dalam mempelajari
keterampilan yang kompleks, termasuk di dalamnya imitasi dan gerakan coba-coba.
d.
Mekanisme (Mechanism) Membiasakan gerakan-gerakan yang telah dipelajari
sehingga tampil dengan meyakinkan dan cakap. Ini mencakup
kemampuan untuk melakukan suatu rangakaian gerakan dengan lancer karena sudah
dilatih secukupnya tanpa memperhatikan contoh yang diberikan.
e.
Respon Tampak yang Kompleks
(Complex Overt Response) Gerakan motoris
yang terampil yang di dalamnya terdiri dari pola-pola gerakan yang kompleks. Gerakan kompleks mencakup
kemampuan untuk melaksanakan suatu ketrampilan, yang terdiri atas beberapa
komponen, dengan lancar, tepat dan efisien. Adanya kemampuan ini dinyatakan
dalam suatu rangkaian perbuatan yang berurutan dan menggabungkan beberapa
subketrampilan menjadi suatu keseluruhan gerak-gerik yang teratur.
f.
Penyesuaian (Adaptation) Keterampilan yang sudah berkembang sehingga dapat
disesuaikan dalam berbagai situasi. Adaptasi
ini mencakup kemampuan untuk mengadakan perubahan dan menyesuaikan poila
gerak-gerik dengan kondisi setempat atau dengan menunjukkan taraf ketrampilan
yang telah mencapai kemahiran.
g.
Penciptaan (Origination) Membuat pola gerakan baru yang disesuaikan dengan
situasi atau permasalahan tertentu. Penciptaan atau kreativitas adalah mencakup
kemampuan untuk melahirkan aneka pola gerak-gerik yang baru, seluruhnya atas
dasar prakarsa dan inisiatif sendiri.
Selain Sympson, Dave juga
mengemukakan pendapat terkait domain psikomotor, Khusus keterampilan motorik
Dave (1967), membaginya dalam lima jenjang, yaitu: peniruan, penggunaan,
ketepatan, perangkaian, dan naturalisasi.
Klasifikasi ranah psikomotor dijabarkan sebagai
berikut :
·
Peniruan (Imitation)
adalah mengamati perilaku dan pola setelah orang lain. Kinerja mungkin kualitas
rendah.
·
Penggunaan (Manipulation)
adalah mampu melakukan tindakan tertentu dengan mengikuti instruksi dan
berlatih.
·
Ketepatan (Precision)
adalah mengulangi pengalaman serupa agar menuju perubahan yang ke arah
yang lebih baik.
·
Perangkaian (Articulation)
adalah koordinasi serangkaian tindakan, mencapai keselarasan dan konsistensi
internal.
·
Naturalisasi (Naturalitation):
Setelah kinerja tingkat tinggi menjadi alami, tanpa perlu berpikir banyak
tentang hal itu.
C.
Strategi Pengajaran
Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia arti kata strategi yaitu: “Ilmu dan seni menggunakan semua sumber
daya bangsa untuk melaksanakan kebijaksanaan tertentu di perang dan damai; Ilmu
dan seni memimpin bala tentara untuk menghadapi musuh di perang, dikondisi yang
menguntungkan”. “Strategi adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk
mencapai sasaran khusus”
Menurut B.S. Sidjabat strategi dalam pembelajaran mengandung arti
bagaimana guru merencanakan kegiatan mengajar (a plan for teaching) sebelum ia melaksanakan tugasnya bersama
dengan anak didik.
Menurut Gropper, menjelaskan “strategi pembelajaran merupakan pemilihan
atas berbagai jenis latihan tertentu yang sesuai dengan tujuan pembelajaran
yang ingin dicapai, Gropper juga menegaskan bahwa setiap tingkah laku yang
diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik dalam kegiatan belajarnya harus
dapat dipraktekkan”
Dari
uraian pengertian strategi pengajaran di atas, pengertian strategi pengajaran
yakni: “Perencanaan pemilihan cara-cara yang akan
digunakan oleh pengajar dalam kegiatan pembelajaran dimana dalam proses
pembelajaran menitikberatkan pada kegiatan siswa. Pemilihan tersebut dilakukan
dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi, sumber belajar, kebutuhan dan
karakteristik peserta didik yang dihadapi dalam rangka mencapai tujuan
pembelajaran yang efektif dan efisien.
Jenis-jenis strategi pengajaran :
a.
Pembelajaran penerimaan (reception learning)
Secara garis besar, dengan strategi itu guru berperan
aktif menyajikan informasi kepada anak didik, yaitu dari hal umum ke hal-hal
yang lebih khusus. Setelah itu, anak didik diberi kesempatan untuk memikirkan
penerapan konsep yang dipelajarinya.
Jenis strategi ini menuntut seorang guru lebih berperan
aktif memperoleh informasi untuk diajarkan kepada anak didik.
b.
Pembelajaran penemuan (discovery learning)
Secara garis besar, dengan strategi itu guru
memperhadapkan realitas, kasus atau masalah kepada peserta didik. Mereka
kemudian memahami dan memecahkannya. Bertolak dari kegiatan itu, peserta didik
menemukan dan mengemukakan ide, konsep dan gagasan yang dapat dibawa kedalam
kajian yang lebih luas. Jenis strategi ini menuntut siswa-siswa lebih aktif dan
kreatif.
c.
Pembelajaran penguasaan (master learning)
Pada dasarnya, dengan strategi itu guru menuntun murid
untuk menguasai sebuah tahapan belajar sebelum beranjak ke tahapan berikutnya.
Kalau peserta didik belum memperlihatkan penguasaan atas pengetahuan dan
keterampilan dalam suatu tahapan, mereka belum diperbolehkan mengikuti kegiatan
belajar selanjutnya.
Jenis strategi ini, menuntut guru lebih sabar, strategi
ini cocok diterapkan pada proses pembelajaran di luar sekolah, misalnya les.
d.
Pembelajaran terpadu (unit learning)
Secara garis besar, dengan strategi itu guru menuntun
peserta didik untuk memahami sebuah unit kasus atau peristiwa dari berbagai
aspek atau sudut pandang sehingga mereka memiliki pemahaman yang menyeluruh dan
integratif.
D.
Strategi Pengelolaan Kelas
Arikunto
(2000) mengatakan bahwa pengelolaan kelas adalah pengadministrasian, pengaturan
atau penataan suatu kegiatan (secara umum).
Secara
etimologi, pengelolaan kelas dapat diartikan sebagai upaya merencanakan,
mengorganisir, mengarahkan, mengkoordinasi, dan mengontrol kelompok belajar
yang dilakukan oleh pembelajar untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Adapun
pengertian pengelolaan kelas secara terminology seperti yang diungkapkan oleh
Wilford (James M. Cooper, 1995), pengelolaan kelas merupakan seperangkat
perilaku yang kompleks dimana pembelajar menggunakan untuk menata dan
memelihara kondisi kelas yang akan memampukan para pebelajar mencapai tujuan
pembelajaran secara efesien.
Berdasarkan
beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pengelolaan kelas (classroom
manajement) adalah serangkaian tindakan yang dilakukan pembelajar dalam upaya
menciptakan kondisi lingkungan pembelajaran yang positif dan produktif agar
proses belajar mengajar agar dapat berjalan sesuai dengan tujuannya. Dengan
kata lain, pengelolaan kelas adalah upaya memberdayakan potensi kelas melalui
seperangkat keterampilan pembelajar intuk menciptakan iklim pembelajaran yang
kondusif, positif, dan produktif dan mengendalikannya jika terjadi gangguan
dalam pembelajaran untuk mengoptimalisasi proses pembelajaran sehingga dapat
diperoleh hasil yang memuaskan.
Tujuan Pengelolaan
Kelas
Menjadi
pembelajar haruslah kaya konsep, kaya cara, dan utun (ulet) mencari
varian-varian baru mengenaipermasalahan di dalam kelas. Berbicara mengenai
tujuan pengelolaan kelas, Ahmad (1995) mengatakan bahwa tujuan pengelolaan
kelas adalah sebagai berikut :
a. Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai
lingkungan belajar maupun sebagai kelompok belajar yang memungkinkan pebelajar
untuk mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin.
b. Menghilagkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi
terwujudnya interaksi belajar mengajar.
c. Menyediakan dan mengatur fasilitas serta perabot
belajar yang mendukung dan memungkinkan pebelajar belajar sesuai dengan
lingkungan sosial, emosional, dan intelektual pebelajar dalam kelas.
d. Membina dan membimbing sesuai dengan latar belakang
sosial, ekonomi, budaya serta sifat-sifat individunya.
e. Setiap pebelajar harus belajar, tidak macet artinya
tidak ada anak yang terhenti karena tidak tahu ada tugas yan harus dilakukan
atau tidak dapat melakukan tugas yang diberikan padanya.
f. Setiap pebelajar terus melakukan belajar tanpa
membuang waktu artinya setiap pebelajar akan bekerja secepatnya supaya lekas
menyelesaikan tugas yang diberikan padanya.
Macam-macam
pendekatan dalam pengelolaan kelas
1. Pendekatan Kekuasaan
Pendekatan kekuasaan seperti yang diuraikan oleh
Djamarah ( 2006 : 179 ) guru menciptakan dan mempertahankan situasi disiplin
dalam kelas. Kedisiplinan adalah kekuatan yang menuntut murid untuk
mentaatinya. Di dalam kelas ada kekuasaan dan norma yang mengikat untuk ditaati
anggota kelas.
2. Pendekatan Pengajaran
Pendekatan pengajaran, pendekatan ini didasarkan atas
suatu anggapan bahwa dalam perencanaan dan pelaksanaannya akan mencegah
munculnya masalah tingkah laku murid dan memecahkan masalah itu bila tidak bisa
dicegah.
3. Pendekatan Kerja Kelompok
Pendekatan kerja kelompok, dalam pendekatan ini guru
menciptakan kondisi – kondisi yang memungkinkan kelompok yang produktif, selain
itu guru juga harus dapat menjaga kondisi itu agar tetap baik.
4. Pendekatan elektis atau
pluralistic
Ketiga pendekatan tersebut oleh guru digabungkan
digunakan untuk mengelola kelas. Sehingga tercipta pendekatan elektis atau
pluralistic. Menurut Djamarah, Pendekatan elektis yaitu guru kelas memilih
berbagai pendekatan tersebut berdasarkan situasi yang dihadapi dalam suatu
situasi mungkin dipergunakan salah satu dan dalam situasi yang lain mungkin
mengkombinasikan ketiga pendekatan tersebut.
Pendekatan elektis disebut juga pendekatan
pluralistik, yaitu pengelolaan kelas yang berusaha menggunakan berbagai macam
pendekatan yang memiliki potensi untuk dapat menciptakan dan mempertahankan
suatu kondisi memungkinkan proses belajar mengajar berjalan efektif dan efisien.
Guru memilih dan menggabungkan secara bebas pendekatan tersebut sesuai dengan
kemampuan dan selama maksud dan penggunaannnya untuk pengelolaan kelas disini
adalah suatu set (rumpun) kegiatan guru untuk menciptakan dan mempertahankan
kondisi kelas yang memberi kemungkinan proses belajar mengajar berjalan secara
efektif dan efisien.
5. Pendekatan Ancaman
Dari pendekatan ancaman atau intimidasi ini,
pengelolaan kelas adalah juga sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah
laku anak didik. Tetapi dalam mengontrol tingkah laku anak didik dilakukan
dengan cara memberi ancaman, misalnya melarang, ejekan, sindiran, dan memaksa.
6. Pendekatan Resep
Pendekatan resep (cook book) ini dilakukan dengan
memberi satu daftar yang dapat menggambarkan apa yang harus dan apa yang tidak
boleh dikerjakan oleh guru dalam mereaksi semua masalah atau situasi yang
terjadi di kelas. Dalam daftar itu digambarkan tahap demi tahap apa yang harus
dikerjakan oleh guru. Peranan guru hanyalah mengikuti petunjuk seperti yang
tertulis dalam resep
7. Pendekatan Perubahan Tingkah
Laku
Peranan guru adalah mengembangkan tingkah laku anak
didik yang baik, dan mencegah tingkah laku yang kurang baik. Pendekatan
berdasarkan perubahan tingkah laku (behavior modification approach) ini
bertolak dari sudut pandangan psikologi behavioral.Program atau kegiatan yang
yang mengakibatkan timbulnya tingkah laku yang kurang baik, harus diusahakan
menghindarinya sebagai penguatan negatif yang pada suatu saat akan hilang dari
tingkah laku murid atau guru yang menjadi anggota kelasnya. Untuk itu, menurut
pendekatan tingkah laku yang baik atau positif harus dirangsang dengan
memberikan pujian atau hadiah yang menimbulkan perasaan senang atau puas.
Sebaliknya, tingkah laku yang kurang baik dalam melaksanakan program kelas
diberi sanksi atau hukuman yang akan menimbulkan perasaan tidak puas dan pada
gilirannya tingkah laku tersebut akan dihindari.
8. Pendekatan Kebebasan
Pengelolaan diartikan secara suatu proses untuk
membantu anak didik agar merasa bebas untuk mengerjakan sesuatu kapan saja dan
dimana saja. Peranan guru adalah mengusahakan semaksimal mungkin kebebasan anak
didik.
9. Pendekatan Sosio-Emosional
Pendekatan sosio-emosional akan tercapai secarta
maksimal apabila hubungan antar pribadi yang baik berkembang di dalam kelas.
Hubungan tersebut meliputi hubungan antara guru dan murid serta hubungan antar
murid. Didalam hal ini guru merupakan kunci pengembangan hubungan tersebut.
Oleh karena itu seharusnya guru mengembangkan iklim kelas yang baik melalui
pemeliharaan hubungan antar pribadi di kelas. Untuk terrciptanya hubungan guru
dengan murid yang positif, sikap mengerti dan sikap ngayomi atau sikap
melindungi.
III. PENUTUP
Simpulan :
Perencanaan pengajaran berarti
pemikiran tentang penerapan prinsip- prinsip umum mengajar didalam pelaksanaan
tugas mengajar dalam suatu interaksi pengajaran tertentu yang khusus baik yang
berlangsung di dalam kelas ataupun diluar kelas. Faktor
yang mendukung tujuan pembelajaran tercapai misalnya persiapan
sebelum mengajar, situasi
ruangan dan letak sekolah dari jangkauan kendaraan umum, tingkat intelegensi siswa,
materi pelajaran yang akan disampaikan. Tujuan
pendidikan dibagi ke dalam tiga domain, yaitu: Cognitive Domain
(Ranah Kognitif), Affective Domain (Ranah Afektif), Psychomotor
Domain. Pengelolaan kelas (classroom manajement) adalah
serangkaian tindakan yang dilakukan pembelajar dalam upaya menciptakan kondisi
lingkungan pembelajaran yang positif dan produktif agar proses belajar mengajar
agar dapat berjalan sesuai dengan tujuannya.
IV.
DAFTAR
PUSTAKA
Subscribe to:
Posts (Atom)